Translate

Jumat, 25 Juli 2025

Kisah Perjuangan Hidup Pak Tarno: Dari Pengamen Jalanan Hingga Jadi Master Sulap dan Kini Berjualan Ikan Cupang!

 

Pak Tarno sekarang!


Nama Sutarno, yang lebih dikenal publik sebagai Pak Tarno, kini kembali menyentuh hati banyak orang di jagat maya. Bukan karena aksi sulapnya yang menghebohkan, melainkan sebuah video yang memperlihatkan beliau berjualan ikan cupang, mainan anak-anak, dan alat tulis sambil duduk di kursi roda. 


Video viral yang diunggah akun TikTok @roamiegoetzmuller ini menggambarkan kondisi Pak Tarno yang sudah tak lagi seprima dulu, memicu gelombang simpati dan dukungan dari warganet.


Dalam video tersebut, Pak Tarno terlihat sabar menanti pembeli. Keterbatasan gerak akibat harus duduk di kursi roda tak memadamkan semangatnya untuk mencari nafkah. 


Perekam video bahkan dengan jelas menyebutkan lokasi jualannya, "Pak Tarno jualan ikan cupang, dan ikan-ikan lele, ada juga ikan gabus dan macam-macam peralatan. Datang aja kalau yang mau, Jalan Warakas 1 Gang 1. Bisa foto-foto juga bareng beliau." 


Ajakan untuk berfoto bersama sang legenda menunjukkan bahwa meskipun kondisi beliau kini berbeda, memori dan apresiasi publik terhadapnya masih sangat kuat.


Perjalanan Hidup yang Penuh Liku


Untuk memahami lebih dalam mengenai sosok Pak Tarno hari ini, kita perlu menengok kembali perjalanan hidupnya yang panjang dan penuh perjuangan. Sutarno lahir pada 6 September 1950 di Losari, Brebes, Jawa Tengah. 


Masa kecilnya diwarnai kepahitan; ayahnya meninggal dunia, dan ibunya pergi meninggalkannya. 


Pada usia yang sangat belia, sekitar 10 tahun, Tarno muda sudah harus merantau ke Jakarta seorang diri, hanya bermodal tekad dan tanpa bekal materi yang cukup.


Di awal tahun 1970-an, karena keterbatasan biaya, ia bahkan nekat menumpangi kereta barang pengangkut kayu dan sapi untuk sampai ke ibu kota. 


Setibanya di Jakarta, Tarno menjalani berbagai profesi serabutan demi menyambung hidup. Ia pernah menjadi penjual minyak tanah keliling, sebelum akhirnya beralih menjadi penjual martabak keliling.


Justru dari profesi penjual martabak inilah bakat sulapnya mulai terasah. Ia sering memamerkan trik sulap sederhana untuk menarik perhatian anak-anak agar membeli dagangannya. 


Keahlian ini kemudian berkembang dan membawanya menjadi pengamen jalanan dengan atraksi sulap di berbagai sudut kota Jakarta.


Meroketnya Popularitas dan Gelar "Master of Traditional Magic"


Titik balik dalam karier Pak Tarno terjadi pada tahun 2009. Saat itu, ia mengikuti ajang pencarian bakat The Master musim ketiga. Meskipun tidak keluar sebagai juara, kepiawaiannya dalam sulap tradisional dengan sentuhan komedi berhasil memukau para juri, terutama Deddy Corbuzier. Deddy bahkan memberinya gelar istimewa: "Master of Traditional Magic".


Sejak saat itu, popularitas Pak Tarno meroket tajam. Ia mulai sering tampil di berbagai acara televisi, baik sebagai pesulap, komedian, maupun presenter. Jargonnya yang legendaris, "**Dibantu ya, Bimsalabim jadi apa, prok, prok, jadi apa?**" menjadi sangat familiar di telinga masyarakat Indonesia dan kerap ditirukan. 


Di masa kejayaannya, Pak Tarno dikabarkan mampu mengantongi honor puluhan juta rupiah, bahkan berhasil membeli mobil, tanah, dan mengelola warung internet.


Ujian Hidup dan Simpati Publik


Namun, roda kehidupan terus berputar. Kondisi fisik Pak Tarno yang kini telah berusia 74 tahun mulai menurun. Beliau dikabarkan beberapa kali mengalami stroke yang memengaruhi bagian kiri tubuhnya, sehingga kini harus bergantung pada kursi roda untuk mobilitas jarak jauh. Berbagai sumber juga menyebutkan bahwa ia pernah mengalami musibah penipuan yang menyebabkan sebagian hartanya raib.


Melihat kondisi Pak Tarno saat ini, terutama setelah video berjualan ikan cupang itu viral, warganet di media sosial pun sontak tersentuh. Ratusan komentar membanjiri unggahan video tersebut, menunjukkan empati dan dukungan yang tulus.


"Lihat Pak Tarno dulu jaman di Dahsyat beda banget, semoga selalu dikasih kesehatan Pak Tarno, makasih udah ngehibur anak-anak jaman 90-an," tulis seorang warganet, mengenang masa-masa keemasan Pak Tarno.


"Ya Allah sedih banget liat kondisi Pak Tarno sekarang, mana harus tetap jualan, semoga Allah kasih jalan buat Pak Tarno, sehat sehat ya pakk, semangattt, yang kuat ya pakkkk," doa tulus mengalir dari warganet lainnya, menunjukkan kepedulian yang mendalam.


Bahkan, ada warganet yang memberikan saran inovatif, mencoba mencari solusi agar Pak Tarno bisa berjualan lebih efektif di era digital ini: "Pak Tarno jualan di TikTok aja, nanti aku tonton aku beliii. Itu saran dari suami akuuu, semoga sampai sarannya ya."


Kisah Pak Tarno adalah cerminan kerasnya perjuangan hidup, di mana seseorang harus terus beradaptasi dan berjuang meskipun di tengah keterbatasan. 


Keberadaannya di kursi roda saat berjualan bukan tanda menyerah, melainkan simbol semangat pantang menyerah yang menginspirasi banyak orang. 


Dukungan dan simpati dari masyarakat menjadi bukti bahwa Pak Tarno, dengan jargon khas dan kesederhanaannya, akan selalu memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar