![]() |
Foto Lukman dari Kompas.com |
Berita mengenai seorang ibu di Surabaya yang dititipkan ke Griya Lansia di Malang dengan alasan "kondisi ekonomi" adalah cerminan pilu dari fenomena sosial yang kian mengkhawatirkan di Indonesia: "Generasi Sandwich"!!!!!
Kasus ini, yang disoroti oleh Kompas.com, bukan sekadar cerita individual, melainkan alarm keras bagi masa depan generasi muda dan lansia di negara kita.
Beban Ganda "Generasi Sandwich"
Generasi sandwich adalah mereka yang berada di tengah-tengah, harus menopang kebutuhan finansial keluarga inti mereka sendiri, sekaligus orang tua atau bahkan mertua. Bagi anak muda Indonesia, mayoritas bekerja di sektor non-pemerintah seperti pedagang, pengemudi ojek online, wiraswasta, atau membuka toko. Profesi-profesi ini, meskipun menjadi tulang punggung perekonomian, sayangnya seringkali tidak menawarkan jaminan masa tua berupa "pensiun".
Ketika para pekerja sektor non-pemerintah ini memasuki usia senja dan tidak lagi produktif, mereka secara otomatis menjadi tanggung jawab anak-anaknya. Pertanyaannya kemudian, bagaimana jika mereka tidak memiliki anak? Atau, bagaimana jika anak-anak mereka sendiri terjerat dalam lingkaran kemiskinan dan tidak sanggup memikul beban ganda tersebut.
Kesenjangan Jaminan Hari Tua: Sebuah Alarm Sosial
Situasi ini semakin kontras jika kita melihat bagaimana tuntutan jaminan pensiun menjadi isu krusial bagi berbagai profesi yang dinaungi negara. Kita melihat Aparatur Sipil Negara (ASN), PNS, TNI, dan POLRI yang meminta perpanjangan masa pensiun. Anggota DPR dan MPR mendapatkan pensiun dari negara. Bahkan Kepala Desa dan anggota PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) pun menyuarakan harapan untuk mendapatkan pensiun, atau diangkat menjadi PNS demi jaminan tersebut. Tuntutan ini jelas menunjukkan satu hal: "kebutuhan akan jaminan finansial di masa tua".
Lalu, bagaimana dengan jutaan warga negara Indonesia yang tidak memiliki hak istimewa tersebut? Mereka yang berjuang sendiri di sektor informal, mengandalkan keringat harian tanpa jaring pengaman sosial yang memadai. Saat senja tiba dan kekuatan fisik menurun, mereka dihadapkan pada ketidakpastian. Apakah mereka akan menjadi beban tak terhingga bagi anak-anaknya, atau lebih buruk lagi, terdampar tanpa siapa pun yang peduli?
Negara Harus Hadir: Mencegah Warisan Kemiskinan
Peristiwa penelantaran atau terpaksa menitipkan orang tua ke panti jompo, seperti kasus di Surabaya ini, akan semakin sering terjadi dan menjadi masalah sosial yang masif. Generasi muda Indonesia saat ini sudah menghadapi kompleksitas hidup dan tuntutan ekonomi yang tinggi. Jika mereka juga harus menanggung sepenuhnya beban finansial orang tua tanpa dukungan sistem yang kuat, bukan tidak mungkin mereka akan mewarisi lingkaran kemiskinan yang tak berujung.
Negara harus hadir dan mengambil peran aktif dalam menyelesaikan fenomena generasi sandwich ini. Diperlukan kebijakan komprehensif yang tidak hanya berfokus pada kesejahteraan lansia, tetapi juga meringankan beban generasi muda. Perluasan cakupan jaminan sosial untuk pekerja informal, skema pensiun yang lebih inklusif, atau program-program pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan adalah langkah-langkah krusial.
Jika tidak, kita akan menyaksikan semakin banyak kisah pilu seperti ibu di Surabaya, dan masa depan generasi muda Indonesia akan terbebani oleh tanggung jawab yang terlalu berat untuk mereka pikul sendiri. Ini bukan hanya masalah ekonomi, tapi juga masalah kemanusiaan dan keadilan sosial sesuai dengan sila ke 5 Pancasila: KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar