![]() |
Suatu tempat di penjara. Sumber: internet. |
Mungkin terdengar aneh, tapi ada kalanya seseorang yang pernah merasakan dinginnya lantai penjara justru ingin kembali. Bukan karena rindu dengan suasana sel, melainkan ada alasan-alasan mendalam yang membuat hidup di luar justru terasa lebih berat.
Sebelum kita menyelami lebih jauh, izinkan saya berbagi pengalaman dua tahun saya "keluar masuk penjara" – bukan sebagai narapidana, melainkan sebagai seorang petugas (seperti dituturkan seorang sipir penjara di internet).
Awalnya, seperti kebanyakan orang, pikiran saya tentang penjara dipenuhi bayangan suram, menyeramkan, dan penuh kegelapan. Stereotip itu melekat kuat. Namun, hanya dalam waktu tujuh hari bekerja di sana, pandangan saya bergeser drastis.
Kejutan di Balik Dinding Penjara
1. Makanan Terjamin, Tiga Kali Sehari!
Saya terkejut mengetahui bahwa setiap hari, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) mendapatkan jatah makan lengkap tiga kali sehari. Dan yang lebih mencengangkan, anggaran makan mereka berasal dari negara!
Pekerjaan saya sebagai petugas pun termasuk memeriksa kembali makanan yang sudah diperiksa di dapur untuk memastikan kebersihannya sebelum didistribusikan. Ini adalah bagian dari prosedur yang harus kami lakukan.
![]() |
Makanan di penjara sedang diperiksa petugas sipir penjara. |
2. Kesehatan yang Terpantau Ketat
Kesehatan WBP benar-benar diperhatikan. Setiap hari, petugas kesehatan atau perawat medis melakukan pemeriksaan dengan sistem "jemput bola" atau door-to-door.
Sebelum mereka beraktivitas, pendataan dilakukan dan obat-obatan diberikan sesuai hasil pemeriksaan sebelumnya. Saya juga kaget, di dalam penjara ada klinik! Bahkan di beberapa penjara besar, ada dokter dan psikolognya.
3. Jadwal Harian yang Padat dan Pembinaan Aktif
Banyak orang berpikir kegiatan di penjara hanya makan, tidur, dan begitu terus. Nyatanya tidak! Sejak adanya program "pembinaan", WBP memiliki jadwal padat berisi kegiatan positif untuk mempersiapkan mereka kembali ke masyarakat. Ini rangkuman kasarnya:
08.00-12.00: Waktu mereka keluar kamar. Diawali dengan olahraga, senam poco-poco jadi favorit! Lalu bergantian sesuai blok/kamar: ada pengajian/ceramah dari ustaz, kegiatan pramuka, kelas memasak, bengkel/mebeler (di tempat saya ada mebeler, di tempat lain mungkin berbeda). Ada juga jadwal kunjungan keluarga atau video call.
12.00-13.00: Wajib salat zuhur berjamaah di masjid.
13.00-Azan Asar: Waktu rekreasi, biasanya mereka menonton TV sebagai hiburan. Setelah azan asar, mereka kembali ke masjid untuk salat.
17.00: Lonceng berbunyi, pertanda mereka harus kembali ke kamar sampai esok hari. Namun, setelah isya, TV dinyalakan lagi sampai pukul 22.00. Setelah jam 22.00, semua WBP harus sudah tidur dan tidak ada yang di luar kamar.
![]() |
Suasana dalam penjara. |
4. Bakat Terpendam dan Hikmah di Balik Jeruji
WBP sebenarnya tidak seburuk yang kita bayangkan. Kita seringkali memandang mereka rendah, padahal banyak dari mereka memiliki bakat terpendam. Beberapa bahkan baru menemukan keahlian setelah ikut kelas pembinaan. Contohnya, band WBP di penjara:
![]() |
Group band di penjara. |
Jadwal mereka hampir sibuk! Mereka sering diundang tampil di acara-acara pemerintahan daerah, bahkan pernah tampil di ulang tahun Kapolres. Bagi mereka, sebelum masuk penjara, tak pernah terpikir bisa tampil di hadapan pejabat. Ini mungkin salah satu hikmah di balik setiap kejadian.
Mengapa Penjahat Ingin Masuk Penjara Lagi?
Setelah melihat rutinitas dan fasilitas yang ada, mungkin Anda mulai mengerti mengapa ada komentar seperti ini: "Untuk beberapa orang yang tidak bisa survive di lingkungan bebas, mencari rezeki dengan cara yang halal, masuk penjara sepertinya malah jauh lebih baik."
Ini bukan sekadar candaan. Ada beberapa alasan kuat mengapa seorang mantan narapidana atau bahkan gelandangan bisa saja memiliki keinginan untuk kembali ke penjara:
Jaminan Kebutuhan Pokok: Di luar, hidup seringkali keras. Mencari makan dan tempat tinggal adalah perjuangan harian. Di penjara, mereka mendapatkan makan tiga kali sehari dan tempat berlindung yang pasti. Ini adalah kemewahan bagi mereka yang tidak memiliki rumah atau pekerjaan tetap.
Akses Kesehatan Terjamin: Seperti yang saya sebutkan, kesehatan WBP sangat diperhatikan. Mereka mendapatkan pemeriksaan rutin dan obat-obatan gratis. Di luar, biaya kesehatan bisa menjadi beban yang sangat besar, terutama bagi mereka yang tidak punya asuransi atau penghasilan.
Struktur dan Rutinitas: Bagi sebagian orang, hidup tanpa arah di luar justru lebih menakutkan. Penjara menawarkan struktur, rutinitas, dan jadwal yang jelas. Hal ini bisa memberikan rasa aman dan mengurangi kecemasan.
Pembinaan dan Keterampilan: Program pembinaan memungkinkan mereka mengembangkan bakat atau mempelajari keterampilan baru. Ini bisa menjadi kesempatan yang tidak pernah mereka dapatkan di luar, apalagi jika latar belakang mereka kurang beruntung.
Perlindungan dari Dunia Luar: Bagi sebagian orang, dunia luar bisa jadi sangat berbahaya, penuh persaingan, godaan kejahatan, atau lingkungan sosial yang buruk. Penjara, paradoksnya, bisa menjadi tempat perlindungan dari tekanan-tekanan tersebut.
Merasa Diterima (dalam Komunitas Penjara): Terkadang, di dalam penjara, mereka menemukan rasa "komunitas" atau penerimaan di antara sesama WBP yang mungkin tidak mereka rasakan di luar, terutama jika mereka dikucilkan oleh keluarga atau masyarakat.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Contohnya, seperti lansia di Jepang juga ada yang sengaja melakukan kejahatan kecil demi mendapatkan tempat tinggal dan perawatan di penjara.
Ini menyoroti masalah sosial yang lebih besar terkait jaring pengaman sosial dan dukungan bagi kelompok rentan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar