Minggu, 24 Juli 2011

Siapakah Anda?


Saat saya melayani seorang pelanggan Siomay "Niku Nopo",orang itu merasa ada yang tidak lazim dengan jualan saya.

Sepintas orang itu memperhatikan desain rombong Siomay yang saya pakai kemudian orang itu bertanya tentang back ground saya.

Pembicaraan dimulai dengan perbincangan kecil soal hobby makan,bagaimana saya belajar meracik Siomay dst.

Orang itu memesan 2 porsi Siomay "Niku Nopo" dan Es Doger Rasa Buah.Namun untuk yang 1 porsi buat orang itu tanpa Siomay.Saya merasa aneh dengan orang itu kenapa tidak mau Siomay nya padahal saya jualan Siomay.

Saya tertantang untuk menyakinkan orang itu supaya mencoba Siomay "Niku Nopo" lengkap cuman bagaimana caranya?

Saya kemudian bercerita tentang seorang pengusaha restoran dari Pamekasan Madura yang ingin memiliki resep Siomay saya.Kemudian orang itu mulai tertarik dengan perbincangan itu.

Selanjutnya orang itu menawarkan kerjasama dengan sistim franchise.Dan selanjutnya orang itu memberikan sebuah kartu nama.

Saya baca kartu namanya tertulis Eldiyan Eko yang menjabat Area Sales Manager PT XL Axiata Tbk (provider GSM XL).

Dalam hati saya,kalau sampai saya bisa menaklukkan seorang sales manager berarti kemampuan saya bertambah.

Kemudian orang itu juga menjelaskan tentang alumninya.Decko panggilan orang itu ternyata lulusan Mipa UGM.

Dengan sedikit penjelasan ilmiah rupanya sang manager luluh juga untuk mencoba Siomay jualan saya.Dan akhirnya Decko jadi memesan 2 porsi Siomay "Niku Nopo" lengkap dan 2 porsi Es Doger.Saat itu Decko bersama dengan seorang stafnya.

Setelah menikmati Siomay "Niku Nopo",Decko mengangguk-angguk tanda puas dengan rasa Siomay "Niku Nopo".

Selanjutnya Decko menebak komposisi dari Siomay "Niku Nopo" tersebut.

"Ini dari ikan tengiri ya,enak benar,pas rasanya" begitu kata Decko yang ahli di Mipa.

Kemudian saya jawab "tebakan Anda keliru" dan Decko kaget dengan kekeliruannya itu."Kok keliru" katanya.

Saya kemudian menjelaskan kekeliruan Decko dengan sederhana."Coba Anda bayangkan kalau saya jualan Siomay dengan ikan tengiri,disini jauh dari laut" kata saya.

"Oh iya" kata Decko sambil mengangguk.

"Selain itu apakah bisa saya berjualan Siomay berbahan baku ikan tengiri dengan harga murah?"tanya saya.

Perbincangan berlanjut dengan bagaimana saya mendapatkan resep Siomay tersebut.

"Saya diminta Pakde saya untuk jualan Siomay setelah dipecat dari sebuah perusahaan televisi,saya difitnah Direktur" kata saya menjelaskan.

"Pasti pakde Anda orang kimia" kata Decko sambil menebak-nebak.

"Betul,Pakde saya ahli kimia lulusan dari Jerman" kata saya menjelaskan.

"Sekarang betul tebakan saya,kalau ahli kimia pasti racikannya pas" jelas Decko.

Memang Siomay yang saya buat teracik secara ilmiah.Bukan menyombongkan diri tetapi ini adalah bahasa untuk menjelaskan bahwa Siomay dari bahan dasar daging ayam diracik merupa dengan daging ikan tengiri.Dengan cara seperti itu saya dapat menjual Siomay "Niku Nopo" dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat pecinta masakan Siomay.

Sebelum berpisah,Decko memberi nomor hape yang bisa dihubungi,selain itu juga meminta alamat blog tentang kasus saya di http://www.transtvnews.blogspot.com/.

"Silakan berkunjung ke blog itu,nanti Anda akan tahu siapa saya?" begitu saya jelaskan pada Decko.Terimakasih atas kunjungannya.Selamat jalan Bos,sampai jumpa lagi.....

Salam,

Minggu, 03 Juli 2011

Sebuah OBSESI


Ketika pertama kali diluncurkan pada 10 Desember 2009 Siomay ini langsung mendapat perhatian dari masyarakat luas.Banyak yang bertanya-tanya SIOMAY ITU APA?

Menurut sebuah sumber yang dikutip dari Wikipedia, Siomay berasal dari Mongolia sebuah daerah tertinggi di dunia yang berada di Cina.Siomay merupakan makanan pembuka dari hidangan lengkap yang dikenal dengan nama masakan DIM SUM.

Siomay menyebar ke daerah lain didunia termasuk Vietnam dengan nama Saumay, sedangkan di Indonesia dikembangkan di Bandung dan dikenal dengan nama Siomay Bandung dan di Lengkong,Nganjuk,kami ingin mengembangkang Siomay Bandung dengan ciri khas Siomay Lengkong.Resep Siomay Lengkong telah baku kami dapatkan melalui riset panjang serta masukan,saran dan ide dari seluruh Pelanggan Siomay Lengkong.

Sekarang kami ingin memberi nama Siomay Lengkong berdasarkan riset juga.

Setiap kali kami melayani pelanggan,kami sering mendapat pertanyaan seperti ini “Siomay Niku Nopo? (Bhs.Jawa:Siomay Itu Apa?)”.Dan kami menjelaskan pertanyaan itu.Bila mereka yakin dengan penjelasan kami maka mereka mau mencoba mencicipi masakan Siomay.

Setelah mereka yakin dengan lezatnya Siomay Lengkong biasanya mereka minta tambah lagi atau kembali pada keesokan harinya.

Itulah tantangan berjualan Siomay di Lengkong.Bukan sebuah pekerjaan mudah menyakinkan pembeli untuk mencicipi masakan Siomay yang kami jajakan.

Dan sekarang pertanyaan itu kami bakukan menjadi nama produk Siomay kami Siomay “NikuNopo” sedangkan Siomay Perdana Lengkong,suatu saat kami akan mengembangkannya menjadi nama badan usaha (CV atau PT).

Terimakasih atas kepercayaan Anda pada produk Siomay NikuNopo.

Salam

Minggu, 01 Mei 2011

Pertama di Indonesia: Bola-bola Fried Chicken


Fried Chicken sudah mendunia.Dari ide Colonel Sanders yang terkenal dengan KFC (Kentucky Fried Chicken) makanan ini sangat digemari masyarakat dunia terutama anak-anak.

Sama halnya dengan olahraga sepak bola.Olah raga itu menjadi kegemaran sebagian besar masyarakat dunia terutama di Indonesia meskipun prestasi kemajuannya belum bisa diharapkan sekarang.Meski kisruh dengan induk organisasinya persepakbolaan kita tetap jalan dan semoga perselisihan tidak berlanjut mengganggu persepakbolaan di tanah air.

Dari dua ide tersebut, kami mencoba mengimplementasikan dalam sebuah masakan baru yang mudah-mudahan kami klain sebagai pertama di Indonesia.

Dengan bekal nama siomay perdana yang terkenal kami mencoba membuat hal baru di Lengkong.Sebuah makanan yang kami kondisikan dengan kesukaan dan daya beli masyarakat yang masih rendah akibat anomali cuaca yang buruk sejak 2 tahun yang lalu.

Dengan adonan Fried Chicken dari resep yang kami coba dan riset seperti pada produk siomay perdana,kami mendapatkan rasa yang mirip dengan KFC tetapi tetap Low Price.

Bola-bola Fried Chicken adalah nama yang kami berikan bagi kelahiran produk baru kami.

Fried Chicken tersebut memang berbentuk bola-bola kecil yang bila dibuat sarapan ketika anak-anak akan berangkat sekolah tidak menjadi terlalu kenyang cukup hanya buat sarapan saja.

Harga yang kami bandrol untuk Bola-bola Fried Chicken hanya Rp 2.000,- per porsi dengan isi terdiri dari 3 buah Bola-bola Fried Chicken,1 nasi putih dan sambal saos.

Bola-bola Fried Chicken akan dikemas menarik dalam wadah transparant dan mendapat label seperti gambar diatas.

Kami berharap apresiasi masyarakat dan kami juga berharap bahwa properti kami ber copy right, semoga tidak ada yang meniru atau membajak nama serta logo maupun ide fresh yang kami buat dengan kerja dan pemikiran yang keras.

Hargailah ide orang lain.Terimakasih.

Minggu, 23 Januari 2011

Gak Mudah Jadi Pengusaha

Ketika saya mendengarkan sajak yamg dibacakan oleh Dedy Miswar pada hari kebangkitan,saya mencuplik sajak itu seperti ini "Bangkit itu SUSAH..........".

Menjadi pengusaha meski sekelas PK5 sangat sulit dan melalui jalan terjal.Mereka adalah The Real Entreprenur.Bila penghargaan terhadap usaha PK5 digusur-gusur oleh negara (pemda-bacaSatPol PP) sungguh sebuah KEJAHATAN KEMANUSIAAN.Beri mereka solusi supaya mereka bisa hidup!

Kebangkitan seseorang hanya tinggal waktu,bila sabar.Ini adalah kisah seorang Sriyono yang dicuplik dari berbagai sumber.

Kisah Sriyono, Mantan Miliarder yang Kini Jadi

Pria Pink Penjual Siomay Keliling

Lega ketika Bertemu sang Putri Sudah Punya Ayah Tiri

Yang dilakukan Sriyono menjadipenjual siomay keliling denganpakaian dan aksesori serba pinkmembuat dirinya terkenal,terutama di dunia maya. Lalu,mantan miliarder itu juga pernahmenjadi bintang tamu di sebuahstasiun televisi. Bahkan, ada yangmenawari bermain sinetron. Semua itu dia lakukan demi bisabertemu anaknya.

ZULHAM MUBARAK, Jakarta

KETIKA Minggu lalu (16/1) INDOPOS menelusuri rute jualan Sriyono di kawasan kelas menengah ke atas di Jalan Gandaria Tengah, Jakarta Selatan, tak ada orang yang tahu namanya. Tapi, ketika disebut nama Siomay Pink (barang dagangan Sriyono), kebanyakan warga yang ditemui mengenali. Mulai sopirbemo, satpam, tukang ojek, hingga anak-anak.

Siomay Pink juga menjadi identitas pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu di dunia maya. Mesin pencari Google menyebut 83.500 hasil yang merujuk pada usaha siomay yang dijalankan Sriyono sambil berkeliling di atas sepeda pink. Sriyono menjadi topik hangat di kalangan komunitas entrepreneur. Sebab, selain berjualan dengan kostum dan perlengkapan mencolok serbapink, kegigihannya dalam berwirausaha menjadi inspirasi tersendiri. "Mungkin karena saya dianggap nyentrik.

Itu saja. Tapi, entahlah, saya nikmati saja momen-momen ini," ujarnya sambil melayani pelanggan. Dia pun meracik bumbu siomay dari panci pink yang terikat di belakang sepeda pink yang telah dimodifikasi dengan sejumlah kotak kayu yang juga berwarna pink. Di depan sepeda itu terdapat dua keranjang pink dengan dua teddy bear pink terduduk di dalamnya. Sriyono juga mengenakan kaus pink, bercelana pendek pink, topi pink, serta jam dan bahkan anting pink Namun, di balik penampilan nyentrik itu. tersimpan kisah perjuangan hidup yang cukup berliku.

Kisah sukses Sriyono dimulai pada 1969 ketika pria kelahiran Klaten, 21 Juli 1954, tersebut merantau ke Jakarta untuk menjadi sales mobil. Ketika itu, tiba-tiba saja dia sangat gemar pada siomay dan memutuskan untuk belajar cara membuat makanan itu. Dia lantas berguru pada seorang keturunan Tiongkok asal Pulau Bangka. Dialah yang mengajari Sriyono membuat siomay. Setahun penuh Sriyono bekerja tanpa digaji untuk mendapatkan resep rahasia sang penjual siomay itu. Beberapa tahun kemudian, sang guru meninggal dan mewariskan usaha Siomay kepada Sriyono.

Pada 1980-an, Sriyono memberanikan diri memulai usaha siomay keliling di Jakarta dengan modal patungan dengan beberapa teman. Berbagai cara ditempuh untuk membesarkan usaha tersebut. Mulai membikin armada siomay sepeda keliling sampai mendirikan warung-warung kecil. Puncak sukses diraih pada 1996 ketika dirinya berhasil membuat outlet di salah satu mal elite di ibu kota, yakni Plaza Senayan. Sriyono adalah pendiri dan pemilik outlet Siomay Senayan dengan beberapa cabang. Pendapatan bisnisnya ketika itu mencapai Rp 2 miliar per tahun.

Dia menikmati sukses berjualan siomay dengan berstatus bujangan. Sriyono mengenang, tinggal di ibu kota dengan duit melimpah ketika itu bagai hidup di surga. Bahkan, bisnisnya sangat kuat sehingga ketika krisis 1998 menerpa modalnya tidak berkurang. Tapi, dia justru masih bisa mendirikan outlet di beberapa tempat lain. April 1999, Sriyono memutuskan untuk mengakhiri masa lajang dan menikahi putri seorang polisi. Pernikahan yang tidak direstui orang tua sang istri itu kemudian menjadi bom waktu bagi kehidupan Sriyono.

Pertengkaran demi pertengkaran pun terus muncul sehingga konsentrasi Sriyono pada bisnisnya mulai berkurang. Ketika itu, dia menjadi "satu-satunya pengusaha siomay yang meneken kontrak dengan gerai waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC). Dia menyuplai siomay di puluhan gerai KFC di Jakarta yang ketika itu memiliki menu khusus siomay. Namun, persoalan rumah tangga yang tak kunjung selesai pelan-pelan membuat manajemen bisnisnya kolaps. Akhirnya, Sriyono terpaksa menjual hak paten Sto-may Senayan dan usahanya pun gulung tikar.

Awal 2004, setelah 4 tahun 7 bulan berumah tangga dan dikarunia dua anak, yakni Peksi Safira Miradalita (kini 11 tahun) dan Pramesti Dewi Angelita (kini 10 tahun), sang istri menggugat cerai Sriyono. "Saya ingat. (Saat itu) hanya baju yang melekat di badan yang saya miliki," kenangnya sambil menerawang. Setelah perceraian, sang istri kemudian mengasingkan diri dan membawa serta dua anak Sriyono. Sejak itu dia pun tidak pernah lagi bertemu dua buah hatinya. Dalam kondisi bangkrut. Sriyono sempat ditampung mantan rekan-rekan bisnisnya.

Dia pun sempat mendapat bantuan modal dan berusaha merintis lagi usaha siomay kelilingnya mulai nol dengan konsep awal, yakni belasan armada siomay keliling. Tapi, pada 2008, usaha itu lagi-lagi bangkrut. "Saya selalu ingat anak saya dan rindu yang tidak tertahan membuat saya sulit berkonsentrasi," katanya. Kegagalan kali ini membuat Sriyono tertekan. Dia pun memilih menjadi gelandangan dan tinggal di jalanan kota-kota Jakarta. Tiap malam, dia tidur berpindah-pindah, dari halte bus ke kolong jembatan dan dari pinggir jalan ke masjid-masjid. Hingga 2009, Sriyono memilih menetap di Masjid Al Bina di kawasan Senayan.

Setelah beberapa minggu tinggal di sana, tiba-tiba dia mendapat bantuan modal dariseorang jamaah pengajian yang mengetahui latar belakang dirinya sebagai pengusaha siomay. "Waktu itu saya diberi modal Rp 1 juta untuk memulai bisnis lagi," katanya. Awal 2010, Sriyono pun sudah memiliki gerai siomay di mal Pasaraya Blok M yang bernama Siomay Maestro. Namun, lagi-lagi karena tinggal kesepian dan rindu kepada dua buah hatinya, konsentrasinya dalam berbisnis terganggu. Dia pun kembali bangkrut. Sampai saat ini. Sriyono masih berutang kepada manajemen Pasaraya Rp 13 juta.

Di ambang keputusasaan, sebulan menjelang bulan puasa 2010. dia memutar otak dan mendapat ide brilian. Yakni, kembali memulai usaha siomay keliling, tapi dengan tampilan yang eksentrik. Diharapkan, ketika dia menjadi eksentrik, sang anak akan mengetahui dan dirinya dapat bersua dua buah hatinya setelah lima tahun berpisah tanpa kabar itu. Sriyono pun memutuskan mengenakan warna pink sebagai seragam berjualan. Pernak-pernik pink pun dikenakan untuk berdagang keliling. Dia juga berusaha tampil di setiap momentum di mana publik Jakarta banyak yang berkumpul. Sriyono akhirnya dijuluki "maskot" dalam even Hari Bebas Kendaraan alias Cm-Free Day yang diberlakukan sebulan sekali di jalan protokol Jakarta.

"Semakin banyak orang yang kenal saya, kesempatan untuk bertemu kembali dengan anak saya semakin besar," katanya. Tapi, usaha tampil nyeleneh itu tidak semudah yang dia bayangkan. Setiap hari, bahkan sampai sekarang. Sriyono hams rela menjadi bahan ejekan orang-orang yang lewat. Tak jarang perkataan mereka sangat pedas dan menusuk hati. Tak sedikit yang mengira Sriyono adalah seorang waria yang nyambi berjualan siomay saat siang dan "berpraktik" saat malam. Tapi, demi menemukan sang anak, hinaan dan cacian itu ditanggapi dengan se-nyum dan hati ikhlas.

Bahkan, kini dia sudah memiliki 34 kaus pink, 18 pasang sandal pink. 12 topi pink. 3 jam pink. 3 pasang kacamata pink, kalung pink braces, anting-anting pink, dan tiga pasang sepatu pink. Upaya tampil eksentrik itu membuahkan hasil ketika dirinya muncul sebagai topik di 7tWn?rdan BlackBerry Messenger. Popularitasnya menanjak ketika kisah usahanya dipublikasikan di situs Kaskus.us. Pertengahan Desember 2010, sebuah koran berbahasa Inggris di Jakarta memuat foto Sriyono dengan/// aksesori pink. Hasilnya, pekan lalu, awal Januari 2010. sebuah televisi nasional berhasil mempertemukan Sriyono dengan sang anak. "Waktu itu, rasa senangnya tak terhingga. Saya bersyukur mereka mengakui saya sebagai bapak, walaupun mereka memiliki ayah tiri warga Inggris yang kaya," ujarnya, kali ini sambil terisak.

Tampil di televisi mendatangkan keuntungan bagi usaha Sriyono. Dafam dua pekan terakhir, omzet berjualan keliling yang biasanya hanya Rp 200 ribu per hari naik lima kali lipat menjadi Rp 1 juta per hari. Banyak pesanan dalam jumlah besar sehingga pendapatan berjualan berkeliling terdongkrak. Sejak pekan lalu, seorang pengusaha getol menawari Sriyono untuk membuka franchise siomay Yo Pink di beberapa lokasi di Jakarta. Dia juga mendapat tawaran untuk bermain sinetron. Rundown jadwal casting oleh sebuah rumah produksi juga sudah di tangannya.

Lalu, apa yang akan dilakukan sekarang? Sriyono menyatakan, dirinya masih berencana meneruskan usaha berjualan dan akan membuka warung kecil di Jalan Otto Iskandar Muda, Jakarta. Dia fokus meraih sukses lagi dengan Siomay Yo Pink itu. "Saya ingin anak saya bangga dengan bapaknya si penjual siomay berkaus pink ini. Saya akan bangkit demi putri-putri saya," ujarnya lantas tersenyum. (*)